Apa Itu Figital dan Bagaimana Pola Gen Z Mengenainya

Apa Itu Figital dan Bagaimana Pola Gen Z Mengenainya


Muda Senada - Figital adalah istilah baru yang menggambarkan cara hidup modern: campuran antara dunia nyata dengan dunia digital.

Konsep figital muncul ketika teknologi dan kehidupan fisik tidak lagi berdiri sendiri, tapi menyatu ke dalam hampir semua aktivitas manusia.


Kalau dulu orang sekadar online buat hiburan, sekarang digital sudah jadi kebutuhan dasar yang berjalan beriringan dengan fisik.


Asal figital adalah gabungan dari fisik dan digital. Tapi maknanya jauh lebih dalam.


Fenomena ini lahir dari percepatan teknologi sejak awal 2000-an. Internet cepat, media sosial, hingga smartphone jadi pemicu utama.


Dari sana, lahirlah generasi yang nyaman hidup dalam realitas ganda, dan itulah yang dialami Gen Z.

Figital, Dunia Fisik yang Melebur dengan Digital


Dulu orang bilang “dunia maya” seakan-akan terpisah dari dunia nyata. Sekarang batas itu sudah pudar.


Figital membuat keduanya nggak bisa dipisahkan. Aktivitas fisik hampir selalu punya jejak digital.


Ambil contoh belanja. Masuk toko offline, tapi tetap scan barcode untuk dapat diskon.


Nongkrong bareng teman, tapi momen yang dihitung justru berapa banyak like di story Instagram.


Bahkan olahraga pun sudah ditemani smartwatch yang merekam detak jantung dan jarak tempuh.


Tren global bahkan makin menguatkan pola ini. Restoran menyediakan QR menu, sekolah menyediakan learning management system, dan dunia kerja punya standar hybrid.


Semua ini bukti nyata kalau figital bukan gaya hidup eksklusif, tapi udah jadi standar baru peradaban.

Pola Gen Z dalam Menjalani Hidup Figital


Gen Z dikenal sebagai true digital natives. Mereka belajar, bermain, dan bekerja dengan cara figital sejak remaja.


Buat mereka, berpindah antara fisik dan digital itu terasa natural, kayak bernapas.


Lihat cara mereka belajar. Satu sisi buka buku, sisi lain buka YouTube buat cari penjelasan tambahan.


Mereka nggak melihat batas, justru menganggap dua sumber itu saling melengkapi. Begitu juga dalam bersosialisasi, tatap muka penting, tapi interaksi di chat group dan komentar media sosial nggak kalah berarti.


Pola konsumsi juga khas. Gen Z lebih percaya review online ketimbang iklan TV. 


Mereka lebih suka nonton unboxing di TikTok sebelum beli barang. Semua keputusan konsumsi diwarnai referensi digital, meski ujungnya tetap membeli produk fisik.


Lebih menarik lagi, mereka membawa figital ke ranah identitas diri. Fashion bukan cuma soal pakaian yang dipakai sehari-hari, tapi juga bagaimana outfit itu tampil di feed Instagram.


Identitas fisik dan digital saling menguatkan, bahkan kadang bertabrakan.

Refleksi dan Tantangan Hidup Figital


Hidup figital punya sisi terang dan gelap. Sisi terangnya, Gen Z jadi generasi yang paling adaptif.


Mereka cepat belajar, gampang menyesuaikan diri dengan teknologi baru, dan punya kreativitas tinggi untuk menggabungkan dua dunia.


Tidak heran kalau mereka sering jadi motor tren global.


Tapi ada sisi gelap yang nggak bisa diabaikan. Distraksi digital bikin fokus gampang pecah.


Notifikasi seakan jadi musik latar hidup mereka, dan itu memengaruhi konsentrasi.


Riset dari Pew Research Center bahkan menunjukkan rata-rata Gen Z bisa habiskan lebih dari 7 jam sehari di depan layar, hampir sepanjang waktu.


Ada juga masalah kedekatan sosial. Hubungan tatap muka sering digantikan interaksi digital.


Akhirnya muncul paradoks: semakin banyak terhubung secara online, semakin rentan merasa kesepian secara offline.


Menurutku, figital adalah jalan yang nggak bisa dihindari. Gen Z hidup di dalamnya, tumbuh dengannya, dan akan terus dibentuk olehnya.


Tantangannya bukan melawan, tapi mengelola. Bagaimana caranya tetap produktif di tengah distraksi, tetap punya empati di tengah interaksi digital, dan tetap sabar di dunia yang serba instan.

Post a Comment

0 Comments